Profil Desa Joho
Ketahui informasi secara rinci Desa Joho mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Joho, Adimulyo, Kebumen. Mengupas tuntas perannya sebagai sentra industri genteng pres tradisional, yang berpadu harmonis dengan sektor pertanian, serta mengulas data demografi, potensi, dan tantangan ekonomi kreatif berbasis tanah liat ini.
-
Sentra Industri Genteng Pres
Mayoritas ekonomi non-pertanian desa digerakkan oleh ratusan unit usaha pembuatan genteng pres yang telah berjalan secara turun-temurun dan menyerap banyak tenaga kerja lokal.
-
Ekonomi Berbasis Ganda
Masyarakatnya memiliki ketahanan ekonomi yang unik dengan menyeimbangkan pekerjaan sebagai pengrajin genteng dan petani, di mana satu sektor dapat menopang sektor lainnya.
-
Menghadapi Tantangan Inovasi
Industri genteng tradisional dihadapkan pada tantangan modernisasi terkait efisiensi energi, standarisasi kualitas, dan persaingan pasar dengan produk atap modern.
Di tengah hamparan lahan pertanian subur Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Desa Joho membedakan dirinya melalui deru mesin pres dan jajaran tungku pembakaran yang mengepulkan asap. Wilayah ini bukan sekadar desa agraris biasa, melainkan sebuah pusat industri kerajinan genteng pres yang telah mengakar kuat dan menjadi penopang utama perekonomian masyarakatnya. Desa Joho menampilkan sebuah potret sinergi yang unik, di mana tanah tidak hanya diolah untuk menumbuhkan padi, tetapi juga dibentuk dan dibakar menjadi produk atap yang melindungi ribuan rumah. Profil ini akan mengupas secara mendalam dua pilar kehidupan Desa Joho: pertanian dan industri genteng.
Asal-Usul dan Lanskap Geografis
Secara etimologi, nama "Joho" diyakini banyak pihak berasal dari nama sejenis pohon, yakni pohon Joho (Ficus racemosa), yang kemungkinan besar dahulu banyak tumbuh di wilayah ini. Jejak historis ini memberikan lapisan identitas budaya bagi desa, menghubungkan generasi masa kini dengan lanskap alam masa lalunya. Desa ini terletak di area pedalaman Kecamatan Adimulyo, menjadikannya wilayah yang tenang dan fokus pada kegiatan produksi.Secara geografis, Desa Joho memiliki luas wilayah sekitar 130 hektar. Menurut data kependudukan terbaru per Agustus 2025, desa ini dihuni oleh 3.512 jiwa. Dari angka tersebut, kepadatan penduduknya mencapai sekitar 2.701 jiwa per kilometer persegi. Tingkat kepadatan yang relatif tinggi untuk desa yang tidak berada di jalur utama ini mengindikasikan intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi, baik untuk pemukiman, pertanian, maupun area produksi dan penjemuran genteng.Wilayah Desa Joho berbatasan langsung dengan beberapa desa tetangga. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Pekuwon. Batas di sebelah selatan ialah Desa Mangunranan. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyurata dan di sebelah barat kembali berbatasan dengan Desa Mangunranan.
Dua Pilar Ekonomi: Pertanian dan Industri Genteng Pres
Perekonomian Desa Joho berdiri kokoh di atas dua pilar yang saling melengkapi. Keseimbangan antara pertanian dan industri rumahan ini menciptakan model ketahanan ekonomi yang tangguh, di mana warga memiliki sumber pendapatan alternatif yang tidak bergantung pada satu sektor saja.Sektor Pertanian tetap menjadi fondasi penting, terutama sebagai penyedia ketahanan pangan lokal. Lahan sawah yang ada di desa ini dikelola dengan baik dan didukung oleh jaringan irigasi. Bagi sebagian warga, bertani merupakan pekerjaan utama, namun bagi banyak lainnya, kegiatan ini menjadi pekerjaan sampingan yang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, sementara pendapatan tunai utama berasal dari industri genteng. Pola ini memungkinkan masyarakat untuk tetap terhubung dengan tradisi agraris leluhur sambil mengejar peluang ekonomi di sektor industri.Namun yang menjadi jantung dan pembeda utama ekonomi Desa Joho ialah industri genteng pres. Hampir di setiap sudut desa dapat ditemukan tobong atau tungku pembakaran genteng serta lahan-lahan terbuka yang digunakan untuk menjemur genteng mentah. Proses produksi ini melibatkan banyak tahapan dan menyerap tenaga kerja dari berbagai kalangan, mulai dari laki-laki yang bertugas menggali tanah liat, mengoperasikan mesin pres, hingga membakar genteng, hingga kaum perempuan yang seringkali terlibat dalam proses merapikan dan menyusun genteng sebelum dijemur.Produk utama yang dihasilkan ialah berbagai jenis genteng pres, seperti genteng morando dan plentong, yang dikenal memiliki kualitas baik karena menggunakan bahan baku tanah liat pilihan. Industri ini telah berjalan secara turun-temurun, dengan pengetahuan dan keahlian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tata Kelola Pemerintahan dan Dukungan Ekonomi Lokal
Pemerintah Desa Joho, yang terdiri dari Kepala Desa dan jajaran perangkatnya, menjalankan fungsi administrasi dan pembangunan dengan kesadaran penuh akan karakteristik unik desanya. Bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemerintah desa merumuskan kebijakan yang berupaya mendukung kedua pilar ekonomi tersebut. Program pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan jalan desa, tidak hanya bertujuan untuk memudahkan akses warga, tetapi juga vital untuk kelancaran transportasi bahan baku dan distribusi genteng jadi.Pemerintah desa juga berperan sebagai fasilitator, misalnya dengan menghubungkan para pengrajin dengan lembaga keuangan untuk akses permodalan atau dengan dinas perindustrian untuk mendapatkan pelatihan teknis. "Kami menyadari bahwa masa depan Desa Joho bergantung pada kemampuan kita untuk menjaga keberlanjutan sawah dan memajukan industri genteng. Oleh karena itu, program kami selalu berupaya menyeimbangkan keduanya," ujar seorang perwakilan pemerintah desa.
Kehidupan Sosial Pengrajin dan Petani
Ritme kehidupan di Desa Joho sangat dipengaruhi oleh dua siklus yang berjalan paralel: siklus tanam-panen di sawah dan siklus produksi genteng. Siklus pertanian sangat bergantung pada musim, sementara produksi genteng sangat dipengaruhi oleh cuaca harian, terutama intensitas sinar matahari untuk proses pengeringan. Kombinasi ini membentuk etos kerja masyarakat yang ulet, sabar, dan pandai beradaptasi.Semangat gotong royong terwujud dalam bentuk yang khas. Tidak jarang warga saling membantu saat proses pembakaran di tobong yang membutuhkan kerja kolektif, atau bergegas membantu tetangga memindahkan genteng yang sedang dijemur ketika hujan akan turun. Interaksi sosial ini memperkuat ikatan komunitas. Kegiatan keagamaan dan tradisi lokal menjadi momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul, melepaskan penat dari rutinitas kerja yang padat, dan memupuk rasa persaudaraan.
Tantangan Industri di Tengah Perubahan Zaman
Di balik denyut nadinya yang kuat, industri genteng di Desa Joho menghadapi tantangan yang tidak ringan di era modern ini. Salah satu tantangan terbesar ialah persaingan dengan produk atap alternatif dari pabrikan besar, seperti genteng metal atau baja ringan, yang menawarkan kemudahan pemasangan dan variasi warna. Para pengrajin lokal harus bersaing tidak hanya dalam hal harga, tetapi juga dalam hal estetika dan branding.Efisiensi produksi menjadi isu krusial lainnya. Proses pembakaran di tobong tradisional memerlukan bahan bakar dalam jumlah besar, seperti kayu bakar atau sekam padi. Kenaikan harga bahan bakar secara langsung menggerus margin keuntungan para pengrajin. Diperlukan inovasi dalam desain tungku atau eksplorasi bahan bakar alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan.Selain itu, standarisasi kualitas menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan konsumen. Terakhir, tantangan regenerasi juga membayangi. Pekerjaan sebagai pengrajin genteng yang bersifat fisik dan menuntut ketekunan seringkali kurang menarik bagi generasi muda yang memiliki lebih banyak pilihan karier.
Visi dan Peluang Inovasi Masa Depan
Masa depan Desa Joho bergantung pada kemampuannya untuk berinovasi dan beradaptasi. Beberapa peluang strategis dapat dikembangkan, antara lain melalui pembentukan merek kolektif "Genteng Joho" untuk meningkatkan citra dan daya tawar produk. Pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran, seperti membuat katalog online atau menjual melalui platform e-commerce, dapat membuka akses pasar yang jauh lebih luas.Inovasi produk, seperti menciptakan desain genteng baru yang lebih modern atau menambahkan lapisan glasur untuk nilai estetika, juga perlu dieksplorasi. Dari sisi produksi, riset untuk tungku pembakaran yang lebih efisien dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menekan biaya. Selain itu, potensi desa sebagai lokasi agrowisata industri sangat terbuka, di mana pengunjung dapat belajar langsung proses pembuatan genteng dari awal hingga akhir.Sebagai penutup, Desa Joho merupakan sebuah potret nyata dari ketahanan dan kreativitas masyarakat perdesaan. Dengan menyeimbangkan tradisi agraris dan geliat industri kerajinan, desa ini telah membangun fondasi ekonomi yang kuat. Kemampuan untuk menjawab tantangan zaman melalui inovasi dan kolaborasi akan menjadi kunci bagi Desa Joho untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga bersinar sebagai sentra genteng berkualitas di masa depan.
